Perbedaan dan Penjelasan Semua Lisensi Open Source Populer di GitHub (MIT, GPL, Apache, dsb)
Bibaku Teknologi
Kamu sedang bingung memilih lisensi untuk proyek di GitHub? Artikel ini bakal membahas tuntas perbedaan semua lisensi open source yang umum digunakan seperti MIT, GPL, Apache, BSD, dan lainnya. Yuk simak biar gak salah pilih!
Apa Itu Lisensi Open Source?
Lisensi open source adalah perjanjian hukum yang memberikan izin kepada orang lain untuk menggunakan, mengubah, mendistribusikan, bahkan mengkomersialkan kode yang kamu buat — dengan syarat-syarat tertentu. Nah, masing-masing lisensi punya “aturan main” sendiri.
Daftar Lisensi Open Source Populer di GitHub
1. MIT License – Lisensi Paling Fleksibel
Lisensi ini super ringan, santai, dan sangat populer. Banyak dipakai di proyek besar seperti React.js, Tailwind CSS, dan Laravel.
Fitur Utama MIT License:
Bebas digunakan secara komersial
Bebas dimodifikasi dan digabungkan dengan kode lain
Tidak wajib mempublikasikan source code hasil modifikasi
Hanya wajib menyertakan copyright dan lisensi MIT
Cocok untuk: kamu yang pengen project-nya dipakai luas, termasuk oleh perusahaan atau project proprietary.
2. GNU GPL (General Public License) – Si Pelindung Open Source
Lisensi GPL hadir untuk melindungi kebebasan software. Kalau kamu pakai kode GPL, kamu harus membagikan source code-nya juga.
Fitur Utama GPL v3:
Komersialisasi diizinkan
Bebas modifikasi
Hasil modifikasi wajib open source juga
Semua turunan harus tetap menggunakan lisensi GPL
Cocok untuk: yang ingin menjaga project-nya tetap open source selamanya.
3. Apache License 2.0 – Aman dari Tuntutan Paten
Apache mirip MIT, tapi punya tambahan perlindungan terhadap hak paten, yang bikin perusahaan lebih nyaman memakainya.
Fitur Utama Apache 2.0:
Bebas digunakan dan dimodifikasi
Perlindungan terhadap klaim paten
Wajib menyertakan atribusi
Tidak wajib open source turunan
Cocok untuk: developer atau tim perusahaan yang butuh perlindungan hukum lebih.
4. BSD License (2-Clause / 3-Clause)
BSD adalah lisensi permisif seperti MIT, tapi lebih “legal-friendly”. Digunakan oleh banyak project akademik atau perusahaan.
Fitur Utama BSD:
Bebas digunakan, dimodifikasi, dan didistribusikan
Kompatibel dengan software tertutup
Wajib atribusi
Tidak wajib publish source code hasil modifikasi
Cocok untuk: project akademik, riset, atau open source ringan.
5. Unlicense – Serahkan Semua ke Dunia
Unlicense berarti kamu menyerahkan hak sepenuhnya ke publik. Siapa pun bisa pakai tanpa batas, bahkan tanpa menyebut nama kamu.
Fitur Unlicense:
Public domain 100%
Tidak ada batasan
Tidak memberikan perlindungan hukum bagi pembuat
Cocok untuk: eksperimen, project meme.
6. Creative Commons (CC0) – Untuk Konten Non-Kode
Catatan: CC0 bukan untuk kode program, tapi cocok untuk dokumentasi, gambar, desain, dan media lainnya.
Fitur Utama CC0:
Bebas digunakan tanpa atribusi
Umumnya dipakai buat dokumentasi dan gambar
Tidak direkomendasikan untuk kode sumber
7. EPL (Eclipse Public License) – Cocok untuk Perusahaan
Lisensi EPL mirip GPL tapi lebih fleksibel. Bisa digunakan di project komersial tanpa harus membuat semua kode open source.
Fitur Utama EPL:
Boleh komersil
Hanya bagian yang dimodif yang harus dibuka
Bisa digabung ke closed source
Cocok untuk: perusahaan besar seperti IBM atau proyek kolaboratif enterprise.
Gunakan MIT jika kamu pengen lisensi bebas, gampang, dan sering dipakai.
Gunakan GPL kalau kamu ingin semua turunan project kamu tetap open source.
Gunakan Apache kalau kamu butuh perlindungan paten.
Gunakan CC0/Unlicense kalau kamu gak peduli soal hak cipta dan cuma ingin berbagi ke publik sepenuhnya.
Mau bikin website atau desain untuk keperluan pribadi, bisnis, atau open source-mu?, Yuk gunakan jasa Bibaku Teknologi
Kesimpulan
Memilih lisensi open source itu penting! Karena lisensi akan menentukan seberapa bebas orang lain bisa menggunakan, mengubah, dan menyebarkan project kamu. Pilihlah yang paling sesuai dengan tujuan dan visi kamu terhadap project tersebut.